Setiap sistem software hampir semua memiliki Bug. Sebagai programmer, yang dapat kita lakukan adalah mengurangi Bug saat melakukan coding. Bug mengacu pada perilaku tak terduga dari sistem perangkat lunak, dan punya tingkat keparahan yang berbeda. Perilaku tak terduga tersebut biasanya meliputi : pemblokiran pengguna dari melakukan beberapa tindakan langsung, menghentikan sebagian sistem software, atau bahkan kadang seluruh sistem software bisa berhenti mendadak karena bug yang parah. Namun beberapa komunitas / basis pengguna menemukan solusi untuk mengatasinya. Sebagai contoh, kita sering melihat beberapa blog, video tutorial dan repositori GitHub untuk mengatasi bug dan keterbatasan dalam software framework.
Bug dalam sistem perangkat lunak bisa mempengaruhi kualitasnya secara langsung. Sedangkan, keberhasilan sebuah proyek software ditentukan oleh kualitasnya. Oleh karena itu, programmer selalu berusaha mengurangi bug software dengan berbagai strategi.
Bug bisa terjadi karena berbagai alasan seperti kesalahan pengkodean, kesalahan dalam depedensi dan kegagalan hardware. Meskipun sudah ada pemecahan kesalahan dalam kode sumber dan platform, kegagalan pada hardware dapat menyebabkan bug. Bug pada software memang enggak bisa dihindari, tapi kita bisa menguranginya. Berikut beberapa tips untuk mengurangi bug dalam sistem perangkat lunak. Kamu bisa menggunakan strategi ini saat membuat kode.
BERPIKIR DUA KALI SEBELUM MENGGUNAKAN DEPEDENCY
Programmer sering menggunakan depedency library untuk menghemat waktu mereka saat menulis kode. Misalnya, jika kamu perlu membangun program CLI berbasis Nodejs, kamu bisa memilih Commander.js tanpa mengurai argumen baris perintah sendiri. Depedency library membantu programmer untuk meminimalkan kesalahan logis dan waktu untuk pengembangan. Namun, depedency library bisa mengurangi kualitas kode kamu, ada batasan, dan juga kadang bisa menimbulkan bug baru.
Programmer biasanya tidak memeriksa dan mempelajari kode sumber software library. Oleh karena itu, mereka dapat memberikan berbagai masukan yang tidak dapat ditangani oleh software library. Setiap software library di luar sana tidak fleksibel dan bisa diperpanjang. Jika software library tertentu memiliki batasan, kita bisa menerapkan beberapa solusi seperti peretasan / hacks. Perusahaan teknologi besar cenderung berinovasi dengan software library baru daripada menggunakan yang sudah ada karena situasi ini. Namun, biasanya dicoba menggunakan software library yang ada dengan mempertimbangkan keunggulan keseluruhan. Teliti tentang bug, batasan, standar pengkodean, tolok ukur kinerja, dan dukungan komunitas depedency tertentu yang ada sebelum mengintegrasikannya ke dalam basis kode kamu. Pastikan untuk menulis beberapa pengujian unit yang berfokus pada library pihak ketiga untuk menghindari kerusakan selama pembaruan library.
TES ULANG SEMUANYA BAHKAN SETELAH REFACTORING SEDERHANA
Pikirkan tentang bagaimana programmer mem-format proyek perangkat lunak mereka. Beberapa tim programmer mengubah proyek proof-of-concept (POC) menjadi perangkat lunak siap produksi. Sementara itu, beberapa programmer bahkan mendesain struktur basis kode sebelum mereka mulai menulis kode.
Programmer sering melakukan refactoring untuk mengubah POC menjadi sistem perangkat lunak yang siap produksi. Terkadang, pemfaktoran ulang kode menciptakan masalah logis yang bahkan tidak dapat diidentifikasi oleh rangkaian pengujian yang kamu buat.
HINDARI MENYIMPAN QUICK PATCH DI CODEBASE UTAMA
Tidak ada programmer sempurna yang bisa menulis kode tanpa memiliki bug, tanpa cacat pola desain kecil, dan tanpa masalah logika yang tersembunyi. Kode yang kamu siapkan untuk hari ini mungkin berisi bug tersembunyi yang harus diperbaiki besok. Programmer, penguji dan pengguna adalah 3 pihak pertama yang akan mendeteksi bug. Programmer akan mencoba memperbaikinya dengan menerapkan Quick Patch.
Quick Patch ini juga dikenal sebagai hotfix di beberapa strategi pengembangan software. Cara ini memang bisa membuat pengguna senang tapi terkadang bisa mengurangi kualitas kode dan membuat lebih banyak bug. Oleh karena itu, selalu jadi solusi tepat untuk menerapkan perbaikan tepat dengan tenang.
Namun, seringkali kita harus menulis patch instan untuk menyelamatkan reputasi produk software. Kalau sudah begitu, dimungkinkan untuk melakukan perbaikan cepat terlebih dahulu dan melakukan perbaikan yang tepat setelah itu untuk cegah bug di masa mendatang yang timbul akibat perbaikan cepat sebelumnya. Tapi jangan terlalu stres saat kamu menerapkan perbaikan ya guys. Karena pikiran yang stres bisa menimbulkan bug baru saat kamu memperbaikinya.
TULIS CLEAN CODE DENGAN PANDUAN GAYA KODE YANG BAIK
Setiap programmer senior memotivasi programmer junior di proyek mereka untuk menulis kode yang bersih supaya menjaga kualitas kode sumber. Menulis kode bersih (clean code) membuat codebase kamu punya kemungkinan kecil untuk kesalahan, dapat dipahami dengan baik dan dapat diperluas dengan baik. Setiap codebase punya alur logis yang unik berdasarkan input dan pernyataan kondisional. Kita bisa menulis graph structure yang terarah sesusai dengan alur logika tersebut.
Clean code membantu kamu mengurangi kerumitan grafik logical-flow. Ketika codebase kamu tidak bersih, grafik itu menjadi rumit. Lalu programmer akan menerapkan modifikasi kode, yang bisa berakibat timbul lebih banyak bug di kemudian hari.
PIKIRKAN KEMBALI STRATEGI PENANGANAN KESALAHAN KAMU
Semua sistem perangkat lunak melakukan 4 tindakan umum ini : menangkap input, memproses data, menyimpan informasi, dan menampilkan/mengembalikan informasi. Setiap user action puya hasil yang diharapkan. Terkadang, program perangkat lunak enggak bisa memberikan hasil yang diharpkan selama run-time.
Dalam situasi tersebut, programmer menulis kode error-handling untuk memberikan hasil alternatif daripada hasil yang diharapkan. Programmer memakai pendekatan yang berbeda untuk setiap penanganan kesalahan. Beberapa programmer menggunakan kondisi if-else dan memeriksa kode kesalahan. Sementara itu, beberapa programmer menggunakan pengecualian dan menangkapnya dengan blok try-catch.
Kesalahan yang enggak ditangani bisa menyebabkan crash dalam sistem. Selain itu, melanjutkan eksekusi program dengan input yang salah bisa membuat sistem kamu crash atau menyimpan informasi yang enggak valid dalam penyimpanan sistem software. Pastikan penanganan kesalahan kamu cukup baik untuk mengeluarkan hasil alternatif yang lebih baik. Jika tidak, kelemahan dalam penanganan kesalahan dapat membuat bug berjalan lama yang tidak bisa kamu perbaiki dengan mudah.
Terlalu sering menggunakan model seperti try-catch menyebabkan kode rawan kesalahan buggy. Karena alasan ini, panduan gaya kode C++ Google tidak menyarankan programmer untuk menggunakan pengecualian standar sama sekali. Selain itu, bahasa pemrograman Go tidak menawarkan pengecualian sebagai fitur. Mengurangi kesalahan dalam penanganan melalui nilai default adalah tindakan yang bagus untuk menghindari kerusakan sistem terkait kesalahan yang enggak tertangani.
Selamat mencoba guys!
Sumber :
https://betterprogramming.pub/5-tips-for-reducing-bugs-in-software-development-projects-5bc592c2881a